Jumat, 20 Juni 2014

Seoul at night











Keindahan Pulau Jeju, Korea Selatan

Daya tarik lain dari Negeri Ginseng ini yang menjadi sorotan wisatawan mancanegara, yaitu keindahan Pulau Jeju.
Jeju atau Cheju adalah sebuah pulau yang terletak di ujung Semenanjung Korea dan dekat dengan Jepang. Jeju adalah pulau terbesar dan pulau paling terkenal diantara 3000 pulau lain di Korea. Bahkan orang korea seringkali menyebut pulau Jeju dengan istilah Pulau Bali-nya Korea. Sebuah pulau subtropis yang berdiri dengan berbagai legenda dan pemandangan yang sangat menakjubkan. Pulau Jeju merupakan wilayah yang paling hangat dan pada musim dingin sangat jarang turun salju, sehingga tanaman-tanaman yang biasanya tumbuh di daerah subtropis bisa bertahan hidup. Bahasa Korea dangan dialek (saturi) Jeju adalah bahasa yang sangat khas, yang hampir mirip dengan bahasa Jepang. Hal ini dikarenakan hubungan kebudayaan dan sejarah masa lalu yang erat antara kedua wilayah tersebut. Karena keindahannya tak heran jika pulau Jeju dijadikan tempat wisata. Bahkan perfilman koreapun sering memakai setting tempat pulau Jeju. Berikut ini adalah tempat menarik di Pulau Jeju :

1. Gunung Halla

Di Jeju ada gunung tertinggi di Korea Selatan yaitu Halla yang terletak tepat di tengan pulau ini. Di gunung setinggi 1.950 meter ini, Anda dapat melakukan pendakian. Saat musim dingin, gunung ini akan terlihat indah karena tertutup oleh putihnya salju. Sementara itu, di musim panas, puncak gunung yang disaput kabut tipis menghadirkan nuansa romantis. Inilah yang membuat Pulau Jeju menjadi destinasi yang popular di kalangan kaum muda Korea yang ingin menikmati masa bulan madu mereka. Di area ini, kita akan menemukan kuda khas Jeju yang berukuran kecil, tapi tampilannya seperti kuda Barat.

2. Bunjee Artpia
Bunjee Artpia
Ada juga Bunjae Artpia, taman yang memamerkan berbagai jenis bunga dan tumbuhan di dalam pot. Lebih 1.000 spesies tumbuhan ditanam di sana. Setiap harinya, para wisatawan bisa melihat sekitar 700 jenis tumbuhan yang didatangkan dari berbagai negara.



Senin, 09 Juni 2014

Samsung Galaxy S5 Bakal Dikemas Dengan Fitur Baby Monitor

Handset Android anyar terbaru mendatang dari pabrikan ponsel terkemuka Korea Selatan, Samsung Galaxy S5 dikabarkan akan segera sambangi pasaran dengan sejumlah fitur canggih tersembunyi yang dikemas di dalamnya dan salah satu diantaranya ditujukan untuk memonitor bayi.
Samsung-Galaxy-S5-Dengan-Fitur-Baby-Monitor
Meskipun dipastikan bakal menyandang fitur pemindai sidik jari dan sensor detak jantung, tapi Samsung tampaknya juga tak ketinggalan bakal mengemasnya dengan sejumlah kemampuan hebat lainnya yang selama ini belum secara resmi diluncurkan ke seluruh dunia.
Dikenal sebagai Baby Monitor, fitur khusus ini memang bertujuan untuk memberitahukan atau mengingatkan kepada orang tua ketika anaknya mulai menangis. Namun begitu, Samsung juga mencatat kalau keberadaan fitur ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran manusia dalam pemberian perawatan dan tidak diperuntukan sebagai sebuah perangkat medis.
Agar dapat bekerja dengan baik, Samsung Galaxy S5 yang telah dilengkapi oleh fitur ini dapat ditempatkan dalam jangkauan 1 meter dari si anak dan pastikan tidak ada kebisingan atau suara apapun yang mengganggu saat itu.
Dan apabila handset yang ada mendeteksi tangisan bayi, maka secara otomatis perangkat akan mengeluarkan nada getar untuk disampaikan ke aksesoris Samsung Galaxy Gear terpasang, sehingga seketika itu juga orang tuanya langsung dapat mengetahui kalau sang bayi memang sedang membutuhkan perhatiannya.
Sementara sebagaimana yang pemberitaan yang dikutip oleh GSMArena, keberadaan fitur tersebut diperkirakan akan memberi andil dalam membantu orang tua untuk melakukan perawatan secara lebih baik terhadap anaknya. Namun begitu, orang tua dituntut harus selalu berada dekat dengan bayinya, karena pada dasarnya hal ini bukan ide yang baik untuk meninggalkan mereka tanpa pengawasan dan bahkan pantauan sekalipun.

Watch Korean Drama Link

Saya termasuk penggemar drama korea. Bahkan saya sekarang sangat update drama korea terbaru, yang bahkan masih tayang di negara asalnya sana. Niatnya kalo satu judal di sana kan ditayanginnya dua kali seminggu. Jadi saya bisa menahan hasrat menonton saya yang biasanya langsung habis satu serial gara-gara tiap endind episodenya bikin penasaran. =.=
Dimanakah saya dapat drama-drama tersebut. Ini beberapa yang saya ketahui


1. Dramacrazy (link)

Situs ini merupakan situs streaming. Yang saya sekarang menurut saya situs terupdate drama korea dan jepang. Untuk subtitlenya juga cepat. Subtitlenya menggunakan harsub (ya iya lah). Kalau yang mau streaming, saya sarankan memakai situs ini. dalam 1 episode, sumbernya biasanya lebih dari satu. Kalau yang mau lihat tanpa subtitle juga ada.

  
2. MySoju (link) (TUTUP T.T)
Termasuk situs streaming drama juga. Kalau dibandingkan dengan dramacrazy, kecepatan updatenya lebih lama. Kelebihannya disini adalah terdapat peringkat drama yang lagi populer sekarang. Info artisnya juga lengkap. Jadi kalau mau lihat artis ini main dimana aja, tinggal search aja, dan bisa langsung nonton.


3. Gooddrama (link)
Link streaming drama yang didapat dari komentar-komentar postingan ini sebelumnya. Terima kasih teman-teman :). Baru saja 3 Juli 2013 kemarin dramacrazy ditutup, jadi yang mau streaming bisa beralih disini. Kalau di website ini, drama baru diupdate setelah keluar subtitlenya. Jadi tidak ada yang namanya drama bisu yang kita gak tau artinya. Tapi gara-gara itu, updateannya juga tidak secepat dramacrazy.

4. Forum K-Drama IDWS (link)
Sumber paling lengkap dan terupdate. Adanya bantuan fans dalam mengupdate perkembangan drama mempercepat upload episode terbaru. Kurang dari sati hari, episode baru sudah tampil dari berbagai versi, mulai yang kapasitasnya 1,5 gb sampai paket hemat yang cuman 200 mb. Subtitlenya juga cepat. Bahkan dramacrazy kalah dibandingkan kecepatan fans dalam mengupload subtitle di situs ini. Kalau mau download dari sini harus daftar dulu jadi anggota. Recommended.

5. doramax264.com (link)
Situs download drama korea dan jepang dengan kualitas medium. Setiap episode kira-kira 300-350 mb. Cocok untuk kalian-kalian yang mengutamakan kecepatan download dibanding resolusi bagus seperti saya. Sayangnya ada beeberapa episode yang tidak bisa didownload karena link yang diberikan masih MU yang sudah tutup dan MF yang akhir-akhir ini sering ngeblok user yang isinya upload-upload kayak gini. Untuk kecepatan upload subtitilenya kurang cepat jika dibandingkan IDWS.

6. kdramahd.blogspot.com (link) (TUTUP)
Situs download drama korea bagi kalian yang mengutamakan resolusi. Satu episode menghabiskan 1,5 GB. Situs ini baru dibuka, jadi yang ada baru beberapa serial yang terbaru. Kalau ada request nanti bisa dimasukkan disana. Kecepatan upload subtitlenya juga lumayan cepet.

7. reencodedtomq.blogspot.com (link)
Situs untuk download dengan kualitas medium. Saya jarang ke situs ini. Baru-baru ini saya temukan untuk download movie 'Architecture 101' yang saya cari gak ketemu dimana-mana. Akhirnya dapat deh link kesini.

8. viki.com (link)
Situs untuk streaming, gak cuma korea, dari berbagai negara juga ada. video music juga ada. subtitlenya juga lumayan cepat.

7. kshownow (link)
Situs streaming untuk variety-variety show di Korea. Ada Running Man, Strong Heart, Invicible Youth dan yang lain-lain. Termasuk cepat dalam memasukkan subtitlenya. Satu episode bisa lebih dari satu sumber. Lumayan laah.


Kalian punya video, tapi gak ada subtitlenya? bisa dicari disini
1. Asiasub (link)

2. Darksmurfsub (link)
3. subscene.com(link)

Drama Korea

Drama Korea (bahasa Korea: 한국드라마) mengacu pada drama televisi di Korea, dalam sebuah format miniseri, diproduksi dalam bahasa Korea. Banyak dari drama ini telah menjadi populer di seluruh Asia dan telah memberi kontribusi pada fenomena umum dari gelombang Korea, dikenal sebagai "Hallyu (bahasa Korea: 한류)", dan juga "Demam Drama" di beberapa negara. Drama Korea yang paling populer juga telah menjadi populer di bagian lain dunia seperti Amerika Latin, Timur Tengah, dan di tempat lain.
Secara umum, ada dua genre utama drama Korea. Genre pertama menyerupai opera sabun barat dengan pendek, mengakhiri plot, dan tanpa referensi seksual yang jelas sering ditemukan di drama barat. Drama ini biasanya melibatkan konflik terkait dengan hubungan, tawar-menawar uang, hubungan antara mertua (biasanya antara ibu dan anak/menantu perempuan). Selain itu, mereka sering termasuk rumit cinta segitiga dimana pahlawan wanita biasanya jatuh cinta dengan seorang "anak nakal" karakter utama yang menganiaya dirinya. Drama ini berlangsung dari 16 episode sampai lebih dari 100 (biasanya tidak lebih dari 200 episode).
Genre utama lainnya adalah drama sejarah Korea (juga dikenal sebagai sa geuk), yang merupakan dramatisasi fiksi sejarah Korea. Korea drama sejarah biasanya melibatkan alur cerita yang sangat kompleks dengan kostum yang rumit, set dan efek khusus.Seni bela diri, pertarungan pedang dan kuda sering komponen besar dari drama sejarah Korea juga. Drama Korea, drama sejarah apakah atau drama modern, biasanya ditandai dengan kualitas produksi yang sangat baik, karakter dengan kedalaman, cerdas naskah tetapi sebagian besar bergantung pada penggunaan karakter pola dasar.

Berikut beberapa drama Korea populer from Wikipedia ...

Senin, 26 Mei 2014

Perang antara Korea Selatan dan Korea Utara

Perang Korea (bahasa Korea: 한국전쟁) adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan yang terjadi sejak 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris: proxy war) antara Amerika Serikat bersama sekutu PBB-nya dengan komunis Republik Rakyat Tiongkok yang bekerjasam dengan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB. Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat Tiongkok menyediakan kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat perang, pilot pesawat, dan juga persenjataan untuk pasukan Tiongkok dan Korea Utara.

Latar belakang

Terminologi

Di Amerika Serikat, perang ini secara resmi dideskripsikan sebagai aksi polisional karena tidak adanya deklarasi perang resmi dari Kongres AS. Dalam bahasa sehari-hari, perang ini juga sering disebut "perang yang terlupakan" atau "perang yang tidak diketahui", karena dianggap sebagai urusan PBB yang berakhir dengan kebuntuan (stalemate), sedikitnya korban dari pihak AS, dan kurang jelasnya isu-isu penyebab perang ini bila dibandingkan dengan Perang Vietnam dan Perang Dunia II.
Di Korea Selatan, perang ini biasa disebut sebagai Perang 6-2-5 (yuk-i-o jeonjaeng) yang mencerminkan tanggal dimulainya perang pada 25 Juni. Sementara itu, di Korea Utara, perang ini secara resmi disebut choguk haebang chǒnjaeng ("perang pembebasan tanah air"). Perang Korea juga disebut Chosǒn chǒnjaeng ("Perang Joseon", Joseon adalah sebutan Korea Utara untuk tanah Korea).
Perang Korea secara resmi disebut Chao Xian Zhan Zheng (Perang Korea) di Republik Rakyat Tiongkok. Kata "Chao Xian" merujuk ke Korea pada umumnya, dan secara resmi Korea Utara.
Istilah Perang Korea juga dapat menyatakan pertempuran sebelum invasi maupun setelah gencatan senjata dilakukan.

Pendudukan Jepang (1910–1945)

Setelah mengalahkan Dinasti Qing Cina pada Perang Sino-Jepang Pertama (1894–96), Kekaisaran Jepang menduduki Kekaisaran Korea (1897–1910) yang dipimpin oleh Kaisar Gojong. Satu dekade kemudian, saat mengalahkan Kekaisaran Rusia pada Perang Rusia-Jepang (1904–05), Jepang menjadikan Korea sebagai protektorat-nya melalui Perjanjian Eulsa pada tahun 1905, kemudian menganeksasinya melalui Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea pada tahun 1910.
Sejak saat itu banyak kaum nasionalis dan intelektual yang melarikan diri. Beberapa dari mereka membentuk Pemerintahan Sementara Korea, dipimpin oleh Syngman Rhee, di Shanghai pada tahun 1919, dan menjadi pemerintahan dalam pengasingan yang hanya diakui oleh sedikit negara. Antara tahun 1919 hingga 1925, kaum komunis Korea memulai pemberontakannya terhadap Jepang.
Korea dianggap sebagai bagian dari Kekaisaran Jepang bersama dengan Taiwan, yang merupakan bagian dari Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya; pada tahun 1937, Gubernur-Jenderal Minami Jiro memerintahkan dilakukannya asimilasi budaya Jepang terhadap 23,5 juta penduduk koloni dengan melarang bahasa, sastra, dan budaya Korea, dan menggantinya dengan budaya Jepang, serta memerintahkan orang Korea mengganti nama mereka menjadi nama Jepang. Pada tahun 1938, pemerintahan kolonial menjalankan sistem kerja paksa; hingga 1939, 2,6 juta orang Korea bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja paksa; pada tahun 1942, pria-pria di Korea dipaksa menjadi tentara Jepang.
Sementara itu di Cina, kelompok nasionalis Tentara Revolusi Nasional dan kelompok komunis Tentara Pembebasan Rakyat mengorganisir (sayap-kanan dan sayap-kiri) patriot Korea yang mengungsi. Kelompok Nasionalis yang dipimpin oleh Yi Pom-Sok bertempur di Pertempuran Burma (Desember 1941 — Agustus 1945). Kelompok komunis, berada dibawah pimpinan Kim Il-sung, bertempur melawan Jepang di Korea.
Selama Perang Dunia II, tentara Jepang memanfaatkan makanan, ternak, dan logam dari Korea untuk tujuan perang. Tentara Jepang di Korea meningkat dari 46.000 (1941) ke 300.000 personel (1945). Tentara Jepang juga merekrut paksa 2,6 juta tenaga kerja yang dikontrol oleh polisi kolaborasionis Korea; lebih dari 723.000 orang dikirim ke luar negeri dan juga ke kota-kota di Jepang. Pada Januari 1945, 32% tenaga kerja Jepang adalah orang Korea; pada Agustus 1945, ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hirosima, 25% di antara mereka tewas. Pendudukan Jepang di Korea dan Taiwan itu tidak diakui oleh negara kekuatan dunia pada akhir perang.
Pada tahun berikutnya, Amerika Serikat dan Soviet membuat perjanjian untuk membagi Korea menjadi dua, tanpa melibatkan pihak Korea. Korea saat itu diwakili oleh kolonel Amerika Serikat Dean Rusk dan Charles Bonesteel. Dua tahun sebelumnya, di Konferensi Kairo (November 1943), Nasionalis Cina, Britania Raya, dan Amerika Serikat memutuskan bahwa Korea harus menjadi negara merdeka, "pada waktunya"; Stallin pun setuju. Pada bulan Februari 1945, di Konferensi Yalta, Sekutu gagal mendirikan perwalian Korea sebagaimana diwacanakan pada tahun 1943 oleh presiden Amerika Serikat Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill.
Sesuai perjanjian AS-Soviet, Uni Soviet mendeklarasikan perang pembebasan Korea dari Jepang pada tanggal 9 Agustus 1945, dan, pada tanggal 10 Agustus, Tentara Merah berhasil menduduki Korea bagian utara, dengan pendaratan amfibi di bagian utara paralel ke-38. Soviet juga berhasil mengusir tentara Jepang dan masuk melalui Manchuria. Tiga minggu kemudian, pada 8 September 1945, Letnan Jendral John R. Hodge dari Amerika Serikat tiba di Incheon untuk menerima penyerahan Jepang di wilayah Selatan paralel ke-38.

Pemisahan Korea (1945)

Pada Konferensi Potsdam (Juli—Agustus 1945), Sekutu secara sepihak memutuskan untuk membagi Korea tanpa melakukan konsultasi dengan pihak Korea sendiri. Hal ini tidak sesuai dengan Konferensi Kairo (November 1943), ketika Churchill, Chiang Kai-shek, dan Franklin D. Roosevelt mendeklarasikan bahwa Korea harus menjadi negara bebas dan merdeka. Selain itu, sebelumnya, Konferensi Yalta (Februari 1945) mengizinkan Stalin membangun "zona penyangga" Eropa — negara satelit yang berada di bawah Moskwa — sebagai balasan karena telah membantu Amerika Serikat di Perang Pasifik melawan Jepang.
Pada tanggal 10 Agustus, Tentara Merah menguasai bagian utara semenanjung Korea, sebagaimana yang telah disepakati, dan pada tanggal 26 Agustus berhenti di paralel utara ke-38 selama 3 minggu untuk menunggu kedatangan pasukan Amerika Serikat di Selatan. Pada hari itu pula, dengan semakin dekatnya jadwal kapitulasi Jepang (15 Agustus), Amerika Serikat ragu Uni Soviet akan mengakui peran mereka dalam "komisi bersama", perjanjian pendudukan Korea yang disponsori Amerika Serikat. Sebulan sebelumnya, untuk memenuhi persyaratan politik-militer Amerika Serikat, Kolonel Dean Rusk dan Charles Bonesteel III membagi semenanjung Korea menjadi dua di garis lintang 38 derajat setelah dengan terburu-buru (tiga puluh menit) memutuskan bahwa Daerah Pendudukan AS di Korea harus setidaknya memiliki dua pelabuhan.
Untuk menjelaskan mengapa zona demarkasi (paralel ke-38) terlalu selatan, Rusk mengatakan, "bahkan meskipun perbatasan itu lebih ke utara daripada yang dapat secara realistis dicapai oleh pasukan Amerika, dalam hal terjadi perselisihan Soviet... kami merasa penting untuk menyertakan ibu kota Korea sebagai tanggung jawab pasukan Amerika," terutama ketika "dihadapkan dengan kurangnya jumlah pasukan AS yang tersedia, juga faktor ruang dan waktu, yang mengakibatkan sulitnya pasukan mencapai lebih jauh ke utara sebelum pasukan Soviet sampai terlebih dahulu.” Pasukan Soviet setuju dengan demarkasi itu.
Dengan berkuasanya pemerintahan militer, Jenderal John R. Hodge secara langsung mengontrol Korea Selatan (USAMGIK 1945–48). Ia memperkuat kontrolnya dengan cara: pertama, mengembalikan kekuasaan administrator-administrator kunci kolonial Jepang dan juga polisi kolabolatornya; kedua menolak pengakuan USAMGIK terhadap Republik Rakyat Korea (Agustus–September 1945)—pemerintahan sementara Korea yang mulai berkuasa di semenanjung Korea—karena dianggap sebagai komunis. Kebijakan AS, yang menolak pemerintahan populer di Korea, menimbulkan gejolak dalam masyarakat, dan mengakibatkan munculnya Perang Saudara Korea. Pada 3 September 1945, Letnan Jendral Yoshio Kozuki, komandan, Tentara Wilayah ke-17 Jepang, menghubungi Hodge, mengatakan bahwa tentara Soviet mulai bergerak ke arah selatan lintang 38 derajat di Kaesong. Hodge mempercayai keakuratan informasi itu.
Pada Desember 1945, Korea di bawah Komisi Bersama AS-Uni Soviet menyetujui Konferensi Menteri Luar Negeri Moskwa (Oktober 1945), lagi-lagi tanpa melibatkan pihak Korea. Komisi tersebut memutuskan bahwa negara tersebut akan merdeka setelah lima tahun di bawah kepemimpinan dewan perwalian. Rakyat Korea marah dan memulai revolusi di Selatan, beberapa hanya melakukan protes, sisanya mengangkat senjata; untuk menahannya, USAMGIK melarang demonstrasi (8 Desember 1945) dan mencabut perlindungan hukum terhadap Pemerintahan Revolusioner dan Komite Rakyat Republik Rakyat Korea pada 12 Desember 1945.
Penindasan kedaulatan ini mengakibatkan 8.000 pekerja kereta api berunjuk rasa pada 23 September 1946 di Pusan, yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah Korea yang dikuasai AS; USAMGIK pun kehilangan kekuasaannya. Pada 1 Oktober 1946, polisi Korea membunuh tiga mahasiswa dalam "Pemberontakan Daegu"; rakyat menyerang balik dan membunuh 38 polisi. Demikian pula pada tanggal 3 Oktober, sekitar 10.000 orang menyerang kantor polisi Yeongcheon, membunuh tiga anggota polisi dan melukai 40 orang lainnya; di tempat lain, massa membunuh 20 tuan tanah dan pejabat Korea Selatan yang pro-Jepang. USAMGIK mendeklarasikan hukum perang untuk mengontrol Korea Selatan.
Kelompok sayap-kanan Representative Democratic Council, yang dipimpin oleh nasionalis Syngman Rhee, menentang perwalian Soviet-Amerika di Korea, berpendapat bahwa setelah tiga puluh lima tahun (1910–45) dikuasai pemerintah kolonial Jepang (pemerintah asing), rakyat Korea menolak dipimpin pemerintahan asing lainnya, termasuk AS dan Soviet. Untuk mendapatkan keuntungan dari memanasnya suhu perpolitikan, AS keluar dari Persetujuan Moskwa—dan membentuk pemerintahan sipil anti-komunis di Korea Selatan. AS juga melakukan pemilu yang kemudian ditentang, dan diboikot oleh Uni Soviet untuk memaksa AS mematuhi Persetujuan Moskwa.
Resultan pemerintah anti-komunis Korea Selatan yang mengumumkan secara resmi konstitusi politik nasional (17 July 1948) memilih Syngman Rhee (20 July 1948) sebagai presiden dan mendirikan Republik Korea Selatan pada 15 Agustus 1948. Demikian juga di Zona Pendudukan Rusia, Uni Soviet mendirikan pemerintahan komunis Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Il-sung. Presiden Korea Selatan Syngman Rhee mengusir komunis dan anggota kelompok sayap kiri dari panggung perpolitikan nasional. Merasa dicabut haknya, mereka pergi ke daerah perbukitan dan bersiap melakukan perang gerilya melawan pemerintahan Republik Korea yang disokong oleh Amerika Serikat.
Para nasionalis, baik Syngman Rhee dan Kim Il-Sung, bermaksud menyatukan Korea, namun di bawah sistem politik yang dianut masing-masing pihak.Dengan persenjataan yang lebih baik, Korea Utara berhasil meningkatkan ketegangan di perbatasan, dan kemudian menyerang setelah sebelumnya melakukan provokasi. Sebaliknya, Korea Selatan, dengan bantuan terbatas dari Amerika Serikat, tidak mampu menandinginya. Pada awal masa Perang Dingin itu, pemerintah AS menganggap semua komunis dari bangsa apapun adalah anggota blok Komunis yang dikontrol atau setidaknya mendapat pengaruh dari pemerintahan Moskwa; akibatnya AS mengaggap perang sipil di Korea sebagai manuver hegemoni dari Uni Soviet.
Tentara AS mundur dari Korea tahun 1949, meninggalkan tentara Korea Selatan dengan sedikit persenjataan. Di lain pihak, Uni Soviet memberikan bantuan persenjataan dalam jumlah banyak ke tentara Korea Utara dan mendukung rencana invasi Kim Il-Sung.


Perbedaan Bahasa Korea Selatan Dan Korea Utara


Membaca berita bahwa Aktris Ha Ji Won kini sedang sibuk mempelajari bahasa Korea Utara untuk peran terbarungnya di Drama The King, menimbulkan banyak pertanyan kepada penulis, apa sih bedanya bahasa Korea Selatan dan Korea Utara. Bukannya mereka sama saja, khan sama-sama Korea?. Kenapa berbeda. Nah, penulis akhirnya bertanya dan mencari tahu di internet yaitu google. Ini dia....
Bahasa nasional Republik Korea adalah bahasa Korea, yakni bahasa yang
digunakan warga Korea di semenanjung Korea. Kini sekitar 70 juta orang di Korea Selatan dan Korea Utara, serta sekitar 3 juta 500 ribu orang warga Korea di luar negeri menggunakan bahasa Korea.
Rumpun Bahasa Korea 
Dipercaya hingga sekarang Bahasa Korea termasuk rumpun Altaik.

Rumpun Bahasa Altaik
Bahasa Altaik meliputi bahasa Turki, Mongolia, Tungusik dan sebagainya mulai dari Siberia sampai Sungai Volga.
Bahasa Korea dan Rumpun Bahasa Altaik
Alasan bahasa Korea dipercaya termasuk rumpun Altaik, adalah karena bahasa Korea mempunyai kecirikhasan susunan yang sama dengan bahasa lain yang tergolong rumpun Altaik.

Bahasa Korea di Korea Selatan dan Korea Utara
Akibat semenanjung Korea terbagi cukup lama, heterogenitas bahasa antara Korea Selatan dan Korea Utara makin meningkat. Namun, perbedaan bahasa antar Korea, terdapat hanya dari makna kosakata, contoh penggunaan kosakata, istilah baru dan sebagainya, maka tidak ada masalah apa pun dalam komunikasi. Korea Selatan dan Korea Utara berusaha keras untuk mengatasi heterogenitas bahasa seperti itu, misalnya para pakar bahasa Korea Selatan dan Korea Utara bekerjasama meneliti bahasa.
Bahasa Dialek
  • Bahasa dialek Korea biasanya terdiri dari 6 jenis.
  • Dialek daerah timur laut = di propinsi Hamgyeong Utara, propinsi Hamgyeong Selatan dan propinsi Yanggang di Korea Utara
  • Dialek daerah barat laut = di propinsi Pyeongan Utara, propinsi Pyeongan Selatan, propinsi Jagang, dan daerah bagian utara propinsi Hwanghae di Korea Utara
  • Dialek daerah tenggara = di propinsi Kyeongsang Utara, propinsi Kyeongsang Selatan, dan sekitarnya.
  • Dialek daerah barat daya = di propinsi Cheola Utara, dan propinsi Cheola Selatan
  • Dialek pulau Jeju = di pulau Jeju dan pulau-pulau sekitarnya
  • Dialek bagian tengah = di propinsi Kyeonggi, propinsi Chungcheong Utara, Chungcheong Selatan, propinsi Kangwon, dan propinsi Hwanghae

Korea Utara berbagi Bahasa Korea dengan Korea Selatan. Terdapat perbedaan dialek di kedua-dua Korea, tetapi perbatasan Utara dan Selatan tidaklah mewakili perbatasan bahasa secara jelas. Sementara di Korea Selatan lebih liberal, adopsi istilah-istilah modern dari bahasa asing lebih dibatasi di Korea Utara. Hanja (Karakter Cina) tidak lagi dipakai di Korea Utara, meski kadang-kadang masih dipakai di Korea Selatan. Kedua-dua Korea berbagi sistem penulisan fonetik yang disebut Chosongul di utara dan Hangul di selatan Zone Demarkasi. Romanisasi berbeda di kedua-dua negara, Korea Utara menggunakan sistem McCune-Reischauer dengan sedikit modifikasi, dan Korea Selatan menggunakan Romanisasi Korea yang Direvisi.

1. Sistem McCune-Reischauer
sistem romanisasi ini yang dibuat oleh 2 orang dari Amerika Serikat yang bernama George M. McCune dan Edwin O. Reischauer. Diciptakan pada tahun 1937. Sistem ini diciptakan dengan tujuan agar orang asing dapat mengucapkan pelafalan Korea mendekati dengan pengucapan aslinya. Karena dibuat oleh orang Amerika, maka sistem McCune-Reischauer ini hanya menulis cara pelafalan (cara membaca)nya saja dan tidak mengubah setiap kata dengan benar. Di Korea Selatan sistem romanisasi ini secara resmi digunakan pada tahun 1984 sampai tahun 2000, sedangkan di Korea Utara sistem McCune-Reischauer ini terus digunakan secara resmi sampai sekarang. Dan sistem ini juga banyak digunakan di luar Korea.

2. Revised Romanization of Korean (Romanisasi Korea yang Disempurnakan)
Diumumkan oleh Menteri Kebudayaan, Olah raga dan Pariwisata Korea Selatan. Dirilis sejak tanggal 7 Juli 2000, menggantikan sistem romanisasi McCune-Reischauer. Sistem ini memiliki beberapa tujuan antara lain, memudahkan penulisan di komputer dan juga mempromosikan secara terus-menerus peromanisasian bahasa Korea oleh penutur asli Korea demi penerjemahan yang lebih baik tentang pentingnya karakter bahasa mereka. Dan semua buku pelajaran Korea diharuskan memakai sistem baru ini sejak tanggal 28 Februari 2002.

Mungkin saduran kisah ini bisa memperjelas;

Perbedaan antara Korea Utara and Korea Selatan, tak hanya soal politik dan ekonomi.

Bahasa kedua Korea itu juga tak sama.

Sejak kedua negara itu pecah lebih dari enam puluh tahun yang lalu, dialek bahasa mereka berubah.

Alhasil, ribuan pengungsi asal Korea Utara yang menetap di negeri Ginseng kurang mengerti bahasa setempat.

Jason Strother menyoroti masalah ini dari Seoul.

Chae Su Jeong semula tak berniat menjadi pengungsi. Pada 2001, ia dan anak laki-lakinya yang masih kecil, mendapatkan surat dari sang suami yang hilang di Cina, beberapa tahun sebelumnya. Ia meminta mereka datang mengunjunginya, dan membayar beberapa calo untuk mengeluarkan mereka dari Korea Utara.

Setelah melintasi perbatasan, mereka diberikan paspor palsu dan naik pesawat yang mereka pikir menuju kota Dalian, Cina. Chae mengatakan sempat shok ketika pesawat itu mendarat di Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan.

“Waktu itu hati saya cepat berdebar. Ketika saya sadar pesawat mendarat di Korea Selatan, saya ingin langsung pulang lagi ke Korea Utara. Saya tidak berbicara kepada siapapun selama 20 hari. Setelah itu, saya menerima keadaan ini, demi anak laki-laki saya. Saya berpikir suami saya akan mengambil dia kalau saya memaksa untuk kembali ke Korea Utara.”

Tapi kini, ia tak menyesali keputusannya. Seperti 15 ribu warga Korea Utara lainnya yang membelot ke Korea Selatan, Chae menuturkan awalnya kaget melihat begitu banyak mobil dan tv berlayar besar. Ia bahkan heran melihat banyaknya mesin ATM.

Chae menceritakan meski bisa cepat beradaptasi dengan hal-hal itu, ia belum bisa lancar berkomunikasi dengan warga setempat.

Ia menuturkan tak menyadari betapa berbeda bahasa Korea Utara dan Korea Selatan, setelah ia bekerja di perusahaan daur ulang. Kata dia, dalam bahasa Korea Utara hanya ada satu kata untuk menyebut segala macam kertas. Tapi di sini ada banyak kata. Ia malu ketika tak mengerti apa yang dibicarakan teman-teman sekerjanya.

Bahasa Korea Utara, seperti bangsanya sendiri, sudah ketinggalan zaman. Pasalnya, negeri itu masih menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tak lagi dipakai oleh warga Korea Selatan, dan maknanya pun sudah berbeda. Contohnya, orang Korea Utara menggunakan kata ben-tu untuk menyebut kotak makan. Kata ini memang digunakan di seluruh semenanjung Korea pada awal abad ke-20. Tapi kini, istilah itu sudah berubah menjadi to-shi-rak di Korea Selatan.

Lainnya adalah ungkapan “Il Op Sum Ni Da” yang berarti baik-baik saja. Di Korea Utara, ini adalah respon yang umum ketika seseorang menanyakan Apa kabar hari ini? Tapi di Korea Selatan, bila menggunakan frase ini dengan orang tertentu, maka punya konotasi yang tak sopan atau bisa bermakna berarti ‘pergi sana.’

Para pengungsi paling sulit beradaptasi dengan bahasa. Itu menurut Ko Gyoung Bin, direktur Hanowon, badan pemerintah Korea Selatan yang memberikan bimbingan bagi para pembelot yang baru tiba di negeri itu, supaya bisa beradaptasi dengan dunia kapitalis.

Mereka mencoba mengajarkan istilah yang baru lewat buku-buku pelajaran. Kata Ko, mereka juga diminta menonton film-film Korea Selatan supaya bisa belajar menggunakan bahasa itu. Ia menambahkan, Hanowon bahkan mempekerjakan mereka yang baru sebentar tinggal di Korea Selatan, supaya bisa membantu menterjemahkan.

Dialek daerah memang ada di seluruh Korea, jadi masalah perbedaan daerah tak telalu mempengaruhi perbedaan dalam bahasa kedua negeri itu. Seperti aspek lainnya dalam kehidupan Korea Utara, bahasa telah dimanipulasi untuk memuji para pemimpin negeri itu.

Kim Seok Hyang dosen di Jurusan Studi Unifikasi Korea. Ia telah menulis buku soal bagaimana warga Korea Utara menggunakan bahasa mereka. Kim memberikan contoh kata yang kini punya makna yang berbeda, sejak Semenanjung Korea pecah.

“Dalam bahasa Korea, sun-mul berarti hadiah untuk teman. Tapi sekarang orang Korea Utara hanya menggunakan kata ini untuk Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Jadi hanya Kim Il Sung dan Kim Jong Il yang bisa memberikan sun mul kepada orang lain.”

Selain kesulitan bahasa ini, para pengungsi juga bingung dengan masuknya kata-kata dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Korea Selatan yang dikenal sebagai Konglish.

Seperti nama-nama produk teknologi modern. Bagaimana mungkin seseorang bisa menggunakan fax atau fotokopi dengan mesin Xerox kalau mereka tak pernah mendengar atau melihat barang-barang ini. Chae Su Jeong salah satu pembelot mengaku kesulitan belajar semua kata-kata baru ini.

“Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan kamera. Di Korea Utara kamera disebut SAJINGI. Karena sekarang saya belajar bahasa Inggris, kehidupan sehari-hari saya semakin mudah. Tapi di universitas, saya tidak bisa mengikuti apa yang dikatakan para dosen dan mahasiswa karena mereka menggunakan begitu banyak kata-kata bahasa Inggris.“

Rezim Pyonyang tak hanya menghindari kata-kata bahasa Inggris dalam bahasa sehari mereka, tapi juga karakter bahasa Cina yang masih dipelajari di Korea Selatan.

Karena itulah orang Korea Utara yakin, mereka menggunakan bahasa tingkat tinggi. Bahkan mereka yang sudah membelot masih berpikiran seperti itu. Seperti yang dikatakan Kim Seok Hyang.

“Menurut para pembelot Korea Utara, mereka masih menggunakan bahasa yang asli dan ini cara mereka untuk melindungi orang Korea Utara dari hal-hal yang kotor di luar negerinya sendiri.”

Yang dimaksud dengan hal-hal yang kotor tentunya adalah kata-kata dalam bahasa Inggris dan Jepang.

Teman-teman Chae Su Jong mengatakan, ia telah kehilangan aksen Korea Utaranya. Tapi bagi Chae, ketika berbicara dengan pembelot lain atau ketika menggunakan bahasa itu, ia langsung teringat dengan kampung halamannya. Padahal sebelumnya ia tak meyangka bisa meninggalkan tempat itu.

“Saya merasa nyaman ketika bertemu dengan orang-orang asal Korea Utara. Saya bisa langsung menggunakan aksen Korea Utara saya. Saya masih canggung dan merasa terpaksa berbicara seperti orang Korea Selatan.“

Jadi kesimpulannya, Ha Ji Won belajar bahasa Korea Utara karena :
1. Adanya perbedaan dialek
2. Bahasa Korea Utara masih memakai bahasa asli korea yang belum tercampur pengaruh bahasa Inggris dan Jepang.
3. Ada beberapa kata-kata/kalimat yang penulisannya sudah berubah tapi artinya masih sama.

Mudah-mudahan ini bisa membantu menjawab pertanyaan teman-teman. Semoga bermanfaat ^_^